Pages

Rabu, 16 November 2011

Caranya Adalah Cintanya.

I know she loves me, in every single time of her life, in every beat of her heart. I know she knows me well. I know she loves me more than anything. I know it. Even she never told me that she loves me.
Saya tahu kalau ia mencintai saya, lebih dari apapun. Saya tahu ia mengetahui setiap bagian diri saya. Saya tahu ia selalu memantau keadaan saya. Saya tahu ia melakukan apapun yang terbaik untuk saya. Tapi saya tahu bahwa dia tidak pernah membiarkan saya tahu ia melakukan semua itu demi saya. Saya tahu ia masih sangat mencintai saya, bahkan ketika saya melakukan kesalahan terberatpun. Saya tahu ia mencintai saya dalam marahnya. Saya tahu ia begitu mencintai saya. Saya tahu dalam tangisnyapun ia selalu mencintai saya. Ia pun membiarkan saya memilih wanita pilihan saya, wanita yang saya cintai. Ia masih mencintai saya walaupun saya memilih untuk lebih mencintai wanita pilihan saya. 
Saya tahu betapa ia mencintai saya. Tapi cinta begitu aneh, bukan? Ia begitu rapi membungkusnya, menyembunyikannya diantara celah yang dari awal ia bangun, atau mungkin ia tidak bermaksud untuk menciptakan celah itu. Namun ia begitu rapih mengemasnya, hingga hampir saya tidak bisa mengenali bungkusan itu, sebungkus rasa itu yang selalu memberinya hidup. Rasa yang membuatnya selalu terhubung dengan saya. Toh serapi apapun ia menyembunyikan hal itu, saya tetap tahu. Saya tahu bahwa ia mencintai saya. Lebih aneh lagi, karna ia memiliki seribu topeng untuk menutupi kecintaannya itu. 
Kita tak pernah berada dalam suasana romantis penuh lilin ataupun bunga, ataupun setumpu hadiah dan seonggok kue di hari ulang tahun saya. Kita pun tak pernah saling menghujani pelukan, namun saya ingat pada suatu masa ketika ia memelukku dengan tulus, dari situ saya tahu betapa ia mencintai saya, namun secepat kilat ia tutup kembali dengan topengnya. Kita pun tak pernah saling memuji, berkata bahwa saya cantik dan lain sebagainya. Ia selalu berada dalam posisi sarkastis saat berkata bahwa model rambut itu bagus untuk saya. Ia justru membentak saya ketika menangis dan berkata "menangis hanya untuk orang yang lemah, aku tidak suka orang lemah". Dan ketika kita hanya berdua, semua kata-kata seolah menguap dengan bengisnya mencipta ruang tanpa bahasa dan nada. Tapi percayalah, sekuat apapun ia menyembunyikannya, saya dengan jelas mengetahuinya.
Saya tahu ia mencintai saya. Tapi toh cinta bukanlah hal yang harus selalu diukur dari sebuah kalimat "aku cinta kamu" atau "saya sangat mencintaimu", dan jenis lainnya. Saya tahu ia selalu mewujudkan cintanya, pada tiap malam ia menjenguk tidur saya dan membenarkan letak selimut saya. Saya tahu ia mengabadikannya dalam darah dan daging yang mengalir dalam tubuh saya. Saya tahu di balik topeng itu ia selalu mentasbihkan cintanya pada saya. Dan cinta bukan harus selalu diucapkan. Lebih dari sekedar kalimat "aku cinta kamu" dan sebagainya. Tapi ia adalah perwujudan dari segumpal rasa yang dikaruniakan Tuhan pada umatNya. Saya tahu ini aneh, tapi percayakah Anda bahwa ia tidak pernah mengatakan cinta kepada saya. Namun ia selalu mewujudkan kecintaannya. Ia berbeda dari "kaumnya" kebanyakan yang bisa dengan mudah menyatakan cinta. Cintanya berbeda, begitu juga dengan caranya mencintai saya. Itulah caranya, begitulah ia. Dan ialah yang mengajarkan apa cinta yang sebenarnya. Dan sekali lagi, ia mengajari saya dengan caranya, ia mengajarkan cinta dengan caranya mencintai saya. Dengan memperlakukan saya sebagai kecintaannya. Ia adalah tangan Tuhan yang menghubungkan cintaNya pada saya. Dan saya tahu bahwaTuhan-pun mencintainya dan akan selalu mencintainya. 
I know she loves me. And I love U, too... MOM..

0 komentar: