Pages

Jumat, 25 November 2011

Ambigu

ketika dua menjadi satu..
dan satu pun terkoyak menjadi seribu..
akankah terekat?
ketika keping-keping kaca terburai dan tak lagi berbayang..
Aku masih seperti dulu,sayang..
Absurd dan kaku..

Tak perlu merontokkan salju.
Karna peluh musim semi menjejalku..
Aku dan kamu,diantara mereka..
Masih tertahan dan terhibernasi..
Diantara kardus dalam kotak kaca..
aku bukan menghilang..
hanya sedikit terdiam..
mencoba membagi sedikit nafas..
apa kau merasa?
absurd...

Kamis, 24 November 2011

Di Dalam Hati Kita Ada "DIA"

Kadang kita bertanya dalam hati dan
menyalahkan Tuhan.
"Apa yang telah saya lakukan sampai
saya mengalami semua ini?"
atau..
"Kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada saya?"
Here is wonderful explanation...
Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dia harapakan. Dia mendapat nilai yang jelek dalam kuliah, putus dengan pacarnya, atau sahabat terbaiknya pindah ke luar kota. Saat itu ibunya sedang membuat kue dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya. Dengan senang hati dia dia berkata,
"tentu saja, i love your cake"..
"Nih cicipi menteganya" kata ibunya menawarkan..
"Yaiks" ujar anaknya..
"Bagaimana dengan telur mentah?"
"You're kidding me mom?"
"Mau coba tepung terigu atau baking soda?" lanjut ibunya..
"Moom, semua itu menjijikan" jawab si anak dengan muka memelas..
Lalu ibunya menjawab lagi...
"Ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yang benar, pasti akan menjadi kue yang enak." Tuhan bekerja dengan cara yang sama.

Seringkali kita bertanya kenapa Dia membirkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan. Tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dengan rancanganNya, segala sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada waktunya. Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan untuk menyempurnakan hidup kita. Tuhan teramat sangat mencintai kita. Dia mengirimkan bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi. dan saat kita ingin bicara, dia akan selalu mendengarkan. Dia ada di setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat, dan Dia selalu memilih untuk berdiam di dalam hati kita ^^

Jumat, 18 November 2011

tentang "self healing"

Apa yang kamu lakukan saat kamu sedih? Berdoa? Atau menghabiskan berlembar-lembar tissue, menghapus air mata dan ingusmu? Sibuk menghitung-hitung kekalahan dan rasa terhinamu?

Aku,,,
aku lebih suka diam...
bercengkrama dengan malam. Lebur dalam gelapnya. Atau menulis apa saja yang ingin kutuliskan.

Mungkin sedikit perih. Tapi tak apa.
Esok pagi saat terjaga, aku tahu aku akan baik-baik saja.

Pahit dan sedihku, barangkali hanyalah harga yang harus kubayar. Untuk sebuah sejarah, yang suatu saat kelak, mungkin akan ku ingat dengan tertawa-tawa.

Sejarah. Kenangan. Jejak yang tertinggal dari sebentuk peristiwa, selalu kita harus berani hadapi, bukan?


Ya, lebih baik aku diam. Menunggu waktu menghapus rasa, ego yang terluka, serta ketidakmengertianku.
Diam saja lah..

Atau harus kujilat saja lukaku hingga kering dengan sendirinya?
Binatang juga kadang melakukannya bukan? Self healing...

Ya, ya... Begitu lebih baik...
Biar waktu membasuh segalanya...

***

alam yang akan memberikan sasmita..
ia yang menyeruakkan khotbahmu..
lewat bahasa tanpa rupa tapi kebak makna..
sudah pernahkah ?

Rabu, 16 November 2011

Redup.

 Aku ingin berbicara denganmu,aku ingin sekali.
Aku ingin terbit seperti matahari yang melarungkan embun.
Aku ingin nafasku berhembus seperti angin yang tak lelah bergerak, menuju penjuru bumi.
Menyentuh setiap sisi dari pilar-pilar hidup.
Aku ingin mencintaimu saja.

Aku ingin menyentuhmu dari dekat, dengan kalimat picisan yang akan kau baca ketika engkau menyadari aku tengah hadir dalam lamunanmu.
Yang akan kau kenang ketika kita berbimbingan melewati bibir pelangi, dulu.
Melewati batas-batas mimpi yang pipih, dan engkau katakan bahwa engkau ingin mengulanginya lagi.

Seperti pagi yang rapuh,pada malam yang semakin singkat, aku berjalan dalam keraguan yang memelukku dalam-dalam.

Caranya Adalah Cintanya.

I know she loves me, in every single time of her life, in every beat of her heart. I know she knows me well. I know she loves me more than anything. I know it. Even she never told me that she loves me.
Saya tahu kalau ia mencintai saya, lebih dari apapun. Saya tahu ia mengetahui setiap bagian diri saya. Saya tahu ia selalu memantau keadaan saya. Saya tahu ia melakukan apapun yang terbaik untuk saya. Tapi saya tahu bahwa dia tidak pernah membiarkan saya tahu ia melakukan semua itu demi saya. Saya tahu ia masih sangat mencintai saya, bahkan ketika saya melakukan kesalahan terberatpun. Saya tahu ia mencintai saya dalam marahnya. Saya tahu ia begitu mencintai saya. Saya tahu dalam tangisnyapun ia selalu mencintai saya. Ia pun membiarkan saya memilih wanita pilihan saya, wanita yang saya cintai. Ia masih mencintai saya walaupun saya memilih untuk lebih mencintai wanita pilihan saya. 
Saya tahu betapa ia mencintai saya. Tapi cinta begitu aneh, bukan? Ia begitu rapi membungkusnya, menyembunyikannya diantara celah yang dari awal ia bangun, atau mungkin ia tidak bermaksud untuk menciptakan celah itu. Namun ia begitu rapih mengemasnya, hingga hampir saya tidak bisa mengenali bungkusan itu, sebungkus rasa itu yang selalu memberinya hidup. Rasa yang membuatnya selalu terhubung dengan saya. Toh serapi apapun ia menyembunyikan hal itu, saya tetap tahu. Saya tahu bahwa ia mencintai saya. Lebih aneh lagi, karna ia memiliki seribu topeng untuk menutupi kecintaannya itu. 
Kita tak pernah berada dalam suasana romantis penuh lilin ataupun bunga, ataupun setumpu hadiah dan seonggok kue di hari ulang tahun saya. Kita pun tak pernah saling menghujani pelukan, namun saya ingat pada suatu masa ketika ia memelukku dengan tulus, dari situ saya tahu betapa ia mencintai saya, namun secepat kilat ia tutup kembali dengan topengnya. Kita pun tak pernah saling memuji, berkata bahwa saya cantik dan lain sebagainya. Ia selalu berada dalam posisi sarkastis saat berkata bahwa model rambut itu bagus untuk saya. Ia justru membentak saya ketika menangis dan berkata "menangis hanya untuk orang yang lemah, aku tidak suka orang lemah". Dan ketika kita hanya berdua, semua kata-kata seolah menguap dengan bengisnya mencipta ruang tanpa bahasa dan nada. Tapi percayalah, sekuat apapun ia menyembunyikannya, saya dengan jelas mengetahuinya.
Saya tahu ia mencintai saya. Tapi toh cinta bukanlah hal yang harus selalu diukur dari sebuah kalimat "aku cinta kamu" atau "saya sangat mencintaimu", dan jenis lainnya. Saya tahu ia selalu mewujudkan cintanya, pada tiap malam ia menjenguk tidur saya dan membenarkan letak selimut saya. Saya tahu ia mengabadikannya dalam darah dan daging yang mengalir dalam tubuh saya. Saya tahu di balik topeng itu ia selalu mentasbihkan cintanya pada saya. Dan cinta bukan harus selalu diucapkan. Lebih dari sekedar kalimat "aku cinta kamu" dan sebagainya. Tapi ia adalah perwujudan dari segumpal rasa yang dikaruniakan Tuhan pada umatNya. Saya tahu ini aneh, tapi percayakah Anda bahwa ia tidak pernah mengatakan cinta kepada saya. Namun ia selalu mewujudkan kecintaannya. Ia berbeda dari "kaumnya" kebanyakan yang bisa dengan mudah menyatakan cinta. Cintanya berbeda, begitu juga dengan caranya mencintai saya. Itulah caranya, begitulah ia. Dan ialah yang mengajarkan apa cinta yang sebenarnya. Dan sekali lagi, ia mengajari saya dengan caranya, ia mengajarkan cinta dengan caranya mencintai saya. Dengan memperlakukan saya sebagai kecintaannya. Ia adalah tangan Tuhan yang menghubungkan cintaNya pada saya. Dan saya tahu bahwaTuhan-pun mencintainya dan akan selalu mencintainya. 
I know she loves me. And I love U, too... MOM..

Minggu, 13 November 2011

kenangan.

Jangan tatap kedua bola mataku yang tengah memandangimu dalam-dalam.
Dalam waktu-waktu terlemah yang telah aku punya,dengan penggalan-penggalan cintaku yang melarung dalam kegelapan. 
Jangan kau lihat lagi,Sayang!

Bila saat ini aku memiliki seikat hati, maka telah aku rangkai dan aku berikan seutuhnya hanya kepadamu saja.

Dan bila saat ini kau telah merasakan paksaan yang merajaimu dalam perjalanan kita, maka pada malam ini akan aku traktatkan airmata itu.
Sebagai perlambang kebahagiaan yang kau miliki tunggal, hanya kebahagiaanmu saja.
Tanpa ada aku didalamnya.
Jangan engkau teteskan airmata lebih pekat, Sayang.
Aku memahamimu lebih dari yang engkau jelaskan kepadaku.

Bahasakan pada tubuhku tentang kehidupan di hari nantinya, yang mungkin akan kubagi bersamamu.

Genggam tanganku dan bicarakan sesuatu yang indah, apapun itu !
Kemudian ceritakan juga kepadaku segala keraguan yang membawamu semakin jauh ke dalam labirin hatiku.
Lihat rona wajahku, aku sendiri tanpa rasa takut yang engkau tahu. Cukup!
Jangan kau tulis lagi, jangan kau baca lagi, jangan terlalu jauh memandang ke dalam palung hatiku.

Karena kau akan mengerti jika hatiku tak cukup muat untuk menyimpan airmataku, hatiku tak cukup luas untuk membendung prahara yang menghantam kuat pada lajur nadiku.
Jangan kau lihat jauh ke dalam hatiku yang tandus, hanya ada kematian disetiap sisi-sisi yang tersimpul sangat rapi.

Kekasihku yang terkasih, telah aku ikuti langkah anggunmu.

Telah aku lihat engkau begitu mempesona dengan senyumanmu, telah aku sentuh jemarimu dengan lembut.
Dan akan aku biarkan kali ini waktu menjemputmu, menjemput kebahagiaanmu.
Palingkan wajahmu cepat, mereka tidak akan menunggu lama !
Aku akan disini, bersama bayang-bayangmu yang tidak pernah sempat untuk aku peluk, bersama potongan-potongan hatimu yang tidak pernah sempat untuk aku rangkai, dan aku akan disini dengan dirimu yang lainnya dalam sebentuk wujud yang aku panggil 'kenangan'!
Selamat hari bahagia kepada hatimu, Sayang.