Pages

Kamis, 26 Juli 2012

Rasa Yang Terpendam.

Ga terasa sekarang udah hampir memasuki bulan pertama liburan semester. Keadaan yang benar-benar berbeda dari liburan semester beberapa bulan yang lalu. Kalau beberapa bulan yang lalu aku masih uring-uringan karena harus menghabiskan waktu dua bulan penuh liburan dirumah, berbeda lagi dengan liburan kali ini. Justru kali ini aku uring-uringan karena liburan selama 3 bulan penuh harus stay di kota ini karena tuntutan pekerjaan, *ecieeee udah kerja ceritanya haha.. Yahh.. roda kehidupan memang terasa benar-benar berputar. Kalau beberapa saat yang lalu aku sangat membenci keadaan rumah dan sama sekali tidak ingin berada lama-lama disana. Berbeda lagi dengan sekarang. Untuk sekarang ini justru aku amat sangat merindukan suasana rumah. Meski dingin, tapi setidaknya aku tahu disana ada orang-orang yang benar-benar menyayangiku dengan tulus. Walaupun kenyataannya aku tetap harus bisa memahami kalau mereka punya cara masing-masing dalam mencurahkan kasih sayangnya padaku yang terkadang sedikit tidak bisa kurasakan. Tapi sungguh aku benar-benar sangat merindukan keadaan rumah. Apalagi di bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Benar-benar terasa ada sesatu yang hilang, seperti ada lubang besar yang menganga di dalam hatiku, dan terasa kosong di beberapa sudutnya.
Adakah yang mengerti perasaan yang aku rasakan sekarang? Sesuatu yang kita benci, tapi sesuatu itu juga yang kita rindukan. Sesuatu yang ingin kita gapai, tapi sesuatu itu juga yang ga bisa kita gapai. Adakah yang mengerti betapa sakitnya ini? Ibaratkan seperti di depan ada jurang di belakang ada harimau, maju ga bisa mundur apa lagi. Pada akhirnya aku tetap harus ada di sini dengan segala kerinduan yang terkalahkan oleh ke egoisanku sendiri hahaha.. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apa susahnya pulang ke rumah. Toh jaraknya dekat, hanya butuh beberapa menit untuk sampai ke rumah. Tinggal naik motor, jalan, sampai, beres dehh.. But, hey..! Ga segampang itu.. Butuh berton-ton keberanian untukku bisa sampai di rumah. Kalaupun bisa sampai di rumah pasti pada akhirnya hanya kecewa yang aku dapatkan. Kalau saja bisa segampang itu tentunya aku lebih memilih menikmati masa-masa mudaku sebagai anak kuliahan yang berangkat dan pulang ke rumah, yang makan, minum, tidur, dan semua kebutuhan yang lainnya bisa terpenuhi di rumah. Tapi ga, aku lebih memilih ada di tempat ini. Hidup dan bernafas dengan sebagian besar dari hasil keringatku sendiri (soalnya masih dapet subsidi beberapa persen dari ibu hehe).
Keras kepala? Ya mungkin aku memang keras kepala. Tapi rasa sakit dan kecewa yang sedikit demi sedikit menumpuk, menumpuk dan semakin menumpuk setiap kalinya aku ada di rumah lah yang membuatku menjadi seseorang yang keras kepala, egois dan semauku sendiri. Seperti hal nya kucing yang punya cakar untuk melindungi dirinya sendiri dari bahaya musuh, atau ular yang memiliki bisa, atau hariamau yang memiliki taring, begitu juga denganku. Aku punya cara ku sendiri untuk melindungi diri ku sendiri dari rasa sakit dan kecewa.. Self Healing.. hmhh.. mungkin memang sebaiknya kukubur lagi rasa rindu yang ada di hati ini. Biar nanti dia bebas dengan sendirinya dan pada saatnya.. *apasih.

Selasa, 10 Juli 2012

Aku..

Semua yang ada padaku sudah terlanjur terbiasa dengan keadaan di mana aku diperlakukan untuk menjadi seseorang yang tidak terlalu berharga. Aku terbiasa ada di tempat yang terabaikan. Aku telah benar-benar terbiasa dengan kesendirian. Pernah suatu kali aku ada di tempat yang baru, lingkungan baru, orang-orang baru. Mereka seperti tidak melihatku, lingkungan itu seperti tidak bisa menerima keberadaanku. Aku selalu bertanya-tanya, kenapa kenapa dan kenapa? Apa ada yang salah denganku? Apa karena wajah dan rupaku yang biasa-biasa saja? benar-benar biasa? Atau karena pakaian yang aku kenakan pun biasa-biasa saja? Lusuh, kumal, berantakan dan apa adanya. Apa karena itu?
Tapi aku tidak peduli. Aku terlalu lelah memikirkan penilaian-penilaian orang mengenai penampilan luarku. Aku memutuskan untuk menjadi seseorang yang acuh tak acuh, cuek, dan "terserah gw", satu-satunya hal yang bisa melindungiku dari rasa penolakan. Aku terbiasa melakukan segalanya sendiri, aku terbiasa diam dan malas untuk berbasa-basi. Aku terbiasa dengan duniaku yang tak tersentuh. Dan aku menikmatinya..
Biarlah segalaku nantinya hanya untuk mereka yang mampu menyentuhku, benar-benar menyentuhku.