Pages

Jumat, 02 Maret 2012

Cermin-Cermin Ajaib

Tempat ini sangat indah. Ada banyak cermin di dalamnya, bahkan sepertinya ada di setiap lorong. Tempat ini juga bersih, terang dan harum. Hanya saja tempatnya terlalu luas dan terlalu banyak pintu dan lorong. Sehingga sangat sulit untukku menjelajahinya satu per satu.
Awalnya memang aku tidak begitu tertarik untuk masuk ke dalam tempat ini. Letaknya yang ada di ujung jalan dan tertutup oleh rimbunan pepohonan membuat tempat ini terasa begitu menyeramkan dan misterius. Namun seiring dengan waktu dan kebiasaanku melewati tempat ini setiap harinya membuat hatiku tergelitik untuk tahu apa yang ada didalamnya. Awalnya aku hanya berani berdiri dan memandangi tempat ini dari jauh. Kemudian kuberanikan diri untuk masuk dan membuka pintu gerbangnya. Lumut hijau yang mulai mengerak di gerbangnya terasa lembab di telapan tanganku. Bau rumput basah merasuk kedalam rongga paru dan entah kenapa itu membuatku nyaman. 
Kuteruskan petualangan kecilku. Di halamannya terlihat taman yang indah meskipun mulai banyak rumput dan tanaman liar mengacaukan bentuknya, tapi menurutku itu sama sekali tidak mengurangi keindahannya. Ada sederetan bunga mawar yang meski berantakan tetapi tumbuh dengan subur, membuat taman ini terlihat menyenangkan. Kutelusuri setiap inci dari halaman tempat ini. Kutemukan juga sebuah kolam kecil yang dipermukaannya ditumbuhi beberapa bunga lotus yang menjadi tempat peristirahatan yang nyaman untuk katak-katak kecil. Lucu sekali, sepertinya mereka tidak terganggu dengan keberadaanku. Kemudian kulanjutkan langkahku menelusuri tempat asing ini. Tidak berapa jauh dari kolam kulihat ada ayunan yang kuyakin dulunya ada dua orang yang sering mendudukinya. Sempat terpikir untuk bermain dengan ayunan itu tapi sepertinya berbahaya karena besinya terlihat mulai rapuh termakan panas dan hujan. 
Mulai menjenuhkan hanya berdiri disini. Karena aku tidak berani masuk lebih jauh lagi, jadi kuputuskan untuk berbalik dan keluar dari tempat ini. Namun saat langkahku hampir mendekati pintu gerbang tiba-tiba terdengar derit pintu dibelakangku. Saat aku berbalik, kulihat pintu rumah yang tadinya tertutup kini sedikit terbuka. Ada cahaya yang menelusup melalui celah pintu yang terbuka itu. Hatiku kembali tergelitik untuk tau dari mana asalnya cahaya itu. Jadi kuurungkan niat untuk keluar gerbang dan berjalan kembali menghampirinya. Kubuka perlahan gagang pintu yang terasa berdebu. Betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan yang ada di dalam rumah itu. Sama sekali jauh dengan pemandangan yang ada di halamannya. Di dalamnya begitu terang dan bersih. Seperti ada seseorang yang selalu merawat dan menjaganya. Ayolaaaaaah ini sangat menarik bukan ? yap ! aku ingin tau dan aku ingin masuk.
Tidak bosan-bosannya aku memandangi setiap bagian dari ruangannya. Indah indah dan indah. Hanya itu yang bisa kugambarkan. Tempat ini membuatku nyaman dan rasanya tidak ingin keluar. Cermin-cermin yang ada disetiap lorongnya membuat tempat ini terasa sangat luas dan lapang. 
Ada banyak sekali ruangan, namun ada dua ruangan yang menurutku tidak biasa. Ruangan yang pertama ada di sebelah kanan ujung lorong. Dari celah pintu yang terbuka sedikit terlihat seperti ada banyak sekali tanaman di dalamnya. Benar saja, saat kubuka ternyata memang ruangan itu penuh dengan tanaman-tanaman liar dan ada banyak sekali pohon bambu. Bahkan bisa dibilang ruangan ini seperti hutan buatan, hutan bambu buatan tepatnya. Rumah macam apakah ini yang didalamnya terdapat hutan buatan. Hewan-hewan apa yang menempati ruangan ini. Tapi biarlah, mungkin orang penghuni rumah ini adalah seorang pecinta binatang, pikirku.
Kemudian ruangan yang kedua ada persis di ujung lorong. Sama seperti ruangan hutan, pintu ruangan ini pun sedikit terbuka. Kubuka perlahan gagang pintu yang terbuat dari porselen itu. Aneh, ruangan ini terasa hambar. Hanya ada tiga cermin yang menempel pada salah satu sisi dindingnya. Selain cermin-cermin itu tidak ada benda yang lainnya lagi. Kuputuskan untuk menghampiri cermin yang ada di sebelah kiri terlebih dahulu.
Betapa terkejutnya aku ketika melihat bayangan yang terpantul dari cermin itu. Bukan bayangan gadis berpipi bulat, berjeans belel dan berT-shirt butut, melainkan gadis dengan gaun putih dan sepatu kaca yang sangat indah. Juga bandana pita dan pernak-pernik lucu yang bergelantungan melingkar di lehernya. Cantik, pikirku. Tapi siapa dia ?
Matanya menatapku dingin. Siapa dia ? Kenapa bisa kurasakan dendam yang begitu dalam dari pancaran matanya. Apa dia marah kepadaku karena aku memasuki rumahnya tanpa seijinnya. Oh God ! Sudah pasti seperti itu. Kuputuskan untuk mundur beberapa langkah, tetapi gadis itu juga ikut mundur beberapa langkah. Hmm aneh.. Kucoba menggelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, gadis itu pun mengikuti gerakanku dengan arah yang berlawanan. Seolah-olah dia adalah pantulanku di cermin. Tapi tidak mungkin. Meskipun kami sama-sama memiliki pipi dan mata yang bulat, tapi kami juga terlihat sangat berbeda. Pakaian kami dan ekspresi kami. Tentunya ekspresiku tidak sedingin itu kan. Tapi tunggu dulu ! Itu, kalung itu. Kalung yang melingkar di leher gadis itu adalah kalung milik ibu yang sangat ingin kumiliki tetapi ibu lebih memilih memberikannya kepada kakakku. Dan hey ! sepatu itu, bukankah itu sepatu kaca cinderela yang sedari kecil sangat ingin kumiliki tetapi setiap kali akan membelinya aku selalu ragu apa aku tidak akan terlihat konyol memakai sepatu seperti itu. Dan, oh God ! Gaun itu. Itu adalah gaun yang waktu itu ingin aku miliki tapi sekali lagi aku takut tidak akan cocok jika kupakai. Dan satu lagi, bandana pita. Bandana pita yang gadis itu kenakan adalah satu-satunya bandana yang kupunya tetapi kemudian rusak karena terinjak oleh kakak laki-lakiku.
Kenapa seperti ini ? Kenapa semua yang gadis itu kenakan adalah benda-benda yang selama ini sangat ingin kumiliki tetapi tidak pernah bisa kumiliki.
Kuberanikan mendekati cermin yang berdiri kokoh di hadapanku itu. Apa ini cermin ajaib seperti yang ada di dalam dongeng-dongeng. Apa benar hal-hal gila seperti yang sering muncul di dalam kepalaku ini benar-benar ada dan terjadi di depan mataku. Hebat ! Ini benar-benar hebat. Ternyata aku tidak gila seperti yang orang-orang pikir. Hal-hal aneh yang selama ini mengeram di kepalaku ternyata benar-benar terjadi. Seketika perasaan takut dan khawatirku berubah menjadi perasaan yang sangaaat menyenangkan dan menggembirakan. Lagipula aku terlihat cantik di cermin itu haha. Tapi kenapa wajahku menyeramkan seperti itu hmm.
Kucoba untuk tersenyum dengan sangaaaat lebar, hampir semua deretan gigiku terlihat. Tapi aneh, bayanganku tetap saja diam tak bergeming. Tapi saat kucoba menggerakan tanganku, diapun ikut memantulkan gerakan tanganku. Hah ! terasa seperti memiliki pantulan seorang robot. Hanya sekedar bergerak tetapi tanpa ekspresi. Namun aku tetap saja senang melihatnya. Rasanya seperti mendapatkan apa yang selama ini aku inginkan, walaupun hanya sekedar bayangan saja.
Setelah puas memandangi pantulan diriku sendiri aku beralih pada cermin kedua yang letaknya ada di tengah, diantara cermin kanan dan kiri. Cermin yang ini lebih besar dari kedua cermin yang lainnya. Selain bayanganku sendiri, hampir satu ruangan ini terpantul di cermin itu. Tidak ada hal aneh yang terjadi di cermin ini. Bayangan yang terpantul tetap saja bayangan seorang gadis berpipi dan bermata bulat dengan jeans belel, T-shirt butut, dan rambut merahnya yang acak-acakan. Hanya saja kali ini wajahnya terlihat lebih ceria. Bahkan bisa dibilang terlihat sangat bahagia dan menyenangkan. Ini baru wajahku haha, pikirku dalam hati. Tidak lama kemudian bayangan itu memudar dan berganti dengan bayangan dua orang gadis yang sedang berhadapan. Tangan mereka saling menggenggam dan kemudian mereka berpelukan. Gadis yang pertama adalah si gadis berpipi bulat dan yang satunya lagi adalah gadis berambut pendek. Bisa kurasakan cinta yang begitu dalam dan rasa takut kehilangan yang amat besar terpancar dari masing-masing wajah kedua gadis itu
 Kemudian kulanjutkan lagi pada cermin yang ketiga. Pada cermin yang ketiga ini bisa kulihat dengan sangat jelas ada bayangan seorang laki-laki dan seorang perempuan dewasa. Mereka tengah duduk disalah satu bangku di sudut sebuah taman yang sangat indah. Mereka duduk dalam diam memandang ke arah danau yang berada tepat di sisi lain taman itu. Tangan mereka saling terkait dan menggenggam satu sama lain. Bayangan mengabur dan berganti dengan bayangan sepasang pengantin yang tengah berdiri pada altar pernikahan yang dihiasi bunga-bunga mawar putih yang sangat banyak dan indah. Aura haru dan bahagia menyelimuti sepasang pengantin itu.
Bayangan mengabur lagi dan berganti dengan seorang laki-laki dewasa, seorang perempuan dewasa dan dua orang anak kecil laki-laki dan perempuan tengah asik bercanda dan tertawa di sebuah taman yang sepertinya tidak asing bagiku. Sepertinya mereka adalah sepasang suami istri dengan kedua anaknya. Kedua anaknya yang lucu dan menggemaskan tengah asik bermain ayunan sementara kedua orang tuanya mendorong dari belakang bersamaan. Mengayun-ayunkan kedua anaknya dengan penuh kasih sayang. Menyenangkan sekali melihatnya. Keluarga yang bahagia.
Berkali-kali aku menikmati pemandangan-pemandangan yang ada di ketiga cermin itu. Kumulai lagi dari cermin yang pertama, kedua, ketiga dan sebaliknya. Meskipun bayangan yang didalamnya tidak berubah, sama seperti saat pertama kali kulihat. Tetap saja aku tidak merasa bosan. Bahkan aku sangat menikmatinya. Seolah-olah bayangan yang ada di dalam cermin itu adalah aku dan masa depanku, yang benar-benar kuinginkan tentunya.
Tapi setelah berkali-kali aku melihat kedalam ketiga cermin ajaib itu, muncul satu pertanyaan di dalam hatiku. Apakah perempuan yang ada di dalam cermin itu benar-benar aku ? Benarkah itu aku ?


To be continue..