Pages

Selasa, 04 Desember 2012

untukmu..

sebuah tempat
lama sudah tak terjamah
terbingkai debu usang
kering
telah lenyap bersama lelap
telah hilang tawa riang
dingin

aku telah terbiasa dengan kesendirian. terlalu terbiasa dengan kesendirian sampai-sampai aku lupa bagaimana caranya untuk tertawa atau sekedar tersenyum.
aku memutuskan untuk berhenti berharap. berharap akan segala hal yang kupikir akan menjadi kebahagiaanku suatu saat nanti. 
aku lelah berpura-pura menjadi bukan aku. 
aku lelah berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. sementara kenyataan adalah jet tempur dengan kecepatan penuh yang setiap detiknya bisa saja menembakan bom atom yang akan meluluh lantahkan pertahanan-pertahanan, batas-batas antara nyata dan maya. 
hampa dan gila.
kurasa segala sudut hidupku telah terpenuhi dengan segala macam hal yang berbau aneh, bau aneh yang memuakan namun menjadi candu yang sangat manis diantara tumpukan kesakitan dan tekanan. 
hanya dengan memejamkan mata maka sensasinya akan bisa dengan amat jelas kurasakan.
dan
tanpa kusadari aku telah gila.
aku penuh dengan kebencian dan dendam.
dan sayangnya semua itu tertuju untukmu. 
 

Jumat, 10 Agustus 2012

Kembali..

Kalau setiap ada masalah dijabarkan satu-persatu mungkin akan membutuhkan waktu yang sangat lama, kata-kata yang sangat banyak dan mungkin beberapa tetas air mata. Itu melelahkan, sungguh, sangat melelahkan. Itu mengapa aku lebih memilih untuk diam atau tertawa. Diam, dengan jelas bisa menyembunyikan segala rasa yang ada. Rasa sakit dan perih dari segala macam masalah yang mungkin tidak akan bisa dimengerti oleh siapapun. Dan tertawa, meski tidak begitu jelas tapi sama saja bisa menyembunyikan segala rasa yang ada ditambah bisa sedikit mengobati rasa sakitnya. Meski terdengar munafik tapi memang seperti itu.. Dengan tertawa sedikitnya beberapa masalah bisa sedikit terlupakan. 
Bahkan beberapa orang menganggapku terlalu dingin, cuek. Tapi aku tidak terlalu memperdulikan pendapat mereka. Aku nyaman dengan diriku sendiri yang seperti ini. Tapi tetap saja ada beberapa orang yang masih menganggapku terlalu dingin dan tertutup. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang mendesakku untuk berubah. Untuk sedikit terbuka dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengenalku lebih dekat. Mereka bilang itu akan membantuku, itu akan mengurangi beban-bebanku, membuat jantungku lebih sehat, itu kata mereka. Tawaran yang cukup menarik. Karena yang aku butuhkan memang ketenangan. Mungkin dengan sedikit lebih terbuka, ketenangan itu bisa kudapatkan. Jadi aku putuskan untuk sedikit lebih terbuka. Aku belajar berbicara, aku belajar memulai sebuah pembicaraan, aku belajar mengibur orang lain, aku belajar menjadi orang yang hangat, aku belajar berpendapat, aku belajar mengungkapkan semua yang aku rasakan. Saat aku merasa senang maka aku akan membicarakan hal-hal apa saja yang membuatku senang. Atau saat aku merasa sedih aku pun akan membicarakan apa-apa saja yang membuatku sedih, meskipun itu harus melibatkan air mataku, tapi aku tetap mencoba, dan aku bisa. Aku berhenti menjadi pendengar yang baik, sekarang aku beralih menjadi pembicara yang cukup baik, menurutku. 
Tapi ada satu sisi di mana aku merasa bahwa aku ada di tempat yang salah. Aku merasa ini bukan aku. Aku merasa kosong karena semua yang ada di hati, aku ungkapkan dengan jelas dan gamblang. Suka aku bilang suka, benci aku bilang benci. Ini membuat hidupku terasa hampa.. Terlebih lagi ada beberapa orang yang menyadarkanku akan keburukanku. Memperjelas sesuatu yang sudah jelas. Aku tidak berbakat menjadi pembicara yang baik, atau penghibur yang baik. Beberapa dari orang yang dekat denganku menganggapku membosankan.. mungkin. Tapi sepertinya memang seperti itulah aku. Sepertinya mereka tidak bisa menikmati apa-apa saja yang aku bicarakan. Mereka tidak memberikan respon yang cukup baik. Itu membuat hatiku sedikit sakit, sedikit. Mengingat betapa kerasnya aku belajar, berubah. Ini terasa seperti sia-sia bukan?
Memang benar, menjadi diri sendiri itu jauh lebih baik. Suka atau tidak suka orang lain padamu, tetap itu jauh lebih baik. Setidaknya kita bisa lebih menikmati hidup.. Mungkin memang sebaiknya aku kembali. Kembali ke tempat di mana seharusnya aku berada.

Senin, 06 Agustus 2012

Kehilangan..


Dalam dingin yang bersahut-sahutan.
Aku diam dalam kenangan kita.
Yang sudah ratusan malam kita punya.
Aku luruh dalam kesetiaan.
Yang tak perlu kau ragukan.

Sudah aku lerai hatiku.
Dari cemburu dan kecewa.
Sudah aku miliki seutuhnya.
Seluruh warna yang ada.

Sudah aku rawat dan kusemaikan.
Aku ramu dalam tangis yang pilu.
Sudah aku dekap erat-erat.
Perih tak tertahan.

Kau tumbuh dihatiku.
Seperti cemara ,seribu dahan.
Dengar lirih hatiku.
Yang berterbangan menujumu.
Dan kau jabarkan dengan perlahan.
Kau tinggalkanku ditengah kehilangan.
Aku terpaku,tanpa arah tujuan.

Kamis, 26 Juli 2012

Rasa Yang Terpendam.

Ga terasa sekarang udah hampir memasuki bulan pertama liburan semester. Keadaan yang benar-benar berbeda dari liburan semester beberapa bulan yang lalu. Kalau beberapa bulan yang lalu aku masih uring-uringan karena harus menghabiskan waktu dua bulan penuh liburan dirumah, berbeda lagi dengan liburan kali ini. Justru kali ini aku uring-uringan karena liburan selama 3 bulan penuh harus stay di kota ini karena tuntutan pekerjaan, *ecieeee udah kerja ceritanya haha.. Yahh.. roda kehidupan memang terasa benar-benar berputar. Kalau beberapa saat yang lalu aku sangat membenci keadaan rumah dan sama sekali tidak ingin berada lama-lama disana. Berbeda lagi dengan sekarang. Untuk sekarang ini justru aku amat sangat merindukan suasana rumah. Meski dingin, tapi setidaknya aku tahu disana ada orang-orang yang benar-benar menyayangiku dengan tulus. Walaupun kenyataannya aku tetap harus bisa memahami kalau mereka punya cara masing-masing dalam mencurahkan kasih sayangnya padaku yang terkadang sedikit tidak bisa kurasakan. Tapi sungguh aku benar-benar sangat merindukan keadaan rumah. Apalagi di bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Benar-benar terasa ada sesatu yang hilang, seperti ada lubang besar yang menganga di dalam hatiku, dan terasa kosong di beberapa sudutnya.
Adakah yang mengerti perasaan yang aku rasakan sekarang? Sesuatu yang kita benci, tapi sesuatu itu juga yang kita rindukan. Sesuatu yang ingin kita gapai, tapi sesuatu itu juga yang ga bisa kita gapai. Adakah yang mengerti betapa sakitnya ini? Ibaratkan seperti di depan ada jurang di belakang ada harimau, maju ga bisa mundur apa lagi. Pada akhirnya aku tetap harus ada di sini dengan segala kerinduan yang terkalahkan oleh ke egoisanku sendiri hahaha.. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apa susahnya pulang ke rumah. Toh jaraknya dekat, hanya butuh beberapa menit untuk sampai ke rumah. Tinggal naik motor, jalan, sampai, beres dehh.. But, hey..! Ga segampang itu.. Butuh berton-ton keberanian untukku bisa sampai di rumah. Kalaupun bisa sampai di rumah pasti pada akhirnya hanya kecewa yang aku dapatkan. Kalau saja bisa segampang itu tentunya aku lebih memilih menikmati masa-masa mudaku sebagai anak kuliahan yang berangkat dan pulang ke rumah, yang makan, minum, tidur, dan semua kebutuhan yang lainnya bisa terpenuhi di rumah. Tapi ga, aku lebih memilih ada di tempat ini. Hidup dan bernafas dengan sebagian besar dari hasil keringatku sendiri (soalnya masih dapet subsidi beberapa persen dari ibu hehe).
Keras kepala? Ya mungkin aku memang keras kepala. Tapi rasa sakit dan kecewa yang sedikit demi sedikit menumpuk, menumpuk dan semakin menumpuk setiap kalinya aku ada di rumah lah yang membuatku menjadi seseorang yang keras kepala, egois dan semauku sendiri. Seperti hal nya kucing yang punya cakar untuk melindungi dirinya sendiri dari bahaya musuh, atau ular yang memiliki bisa, atau hariamau yang memiliki taring, begitu juga denganku. Aku punya cara ku sendiri untuk melindungi diri ku sendiri dari rasa sakit dan kecewa.. Self Healing.. hmhh.. mungkin memang sebaiknya kukubur lagi rasa rindu yang ada di hati ini. Biar nanti dia bebas dengan sendirinya dan pada saatnya.. *apasih.

Selasa, 10 Juli 2012

Aku..

Semua yang ada padaku sudah terlanjur terbiasa dengan keadaan di mana aku diperlakukan untuk menjadi seseorang yang tidak terlalu berharga. Aku terbiasa ada di tempat yang terabaikan. Aku telah benar-benar terbiasa dengan kesendirian. Pernah suatu kali aku ada di tempat yang baru, lingkungan baru, orang-orang baru. Mereka seperti tidak melihatku, lingkungan itu seperti tidak bisa menerima keberadaanku. Aku selalu bertanya-tanya, kenapa kenapa dan kenapa? Apa ada yang salah denganku? Apa karena wajah dan rupaku yang biasa-biasa saja? benar-benar biasa? Atau karena pakaian yang aku kenakan pun biasa-biasa saja? Lusuh, kumal, berantakan dan apa adanya. Apa karena itu?
Tapi aku tidak peduli. Aku terlalu lelah memikirkan penilaian-penilaian orang mengenai penampilan luarku. Aku memutuskan untuk menjadi seseorang yang acuh tak acuh, cuek, dan "terserah gw", satu-satunya hal yang bisa melindungiku dari rasa penolakan. Aku terbiasa melakukan segalanya sendiri, aku terbiasa diam dan malas untuk berbasa-basi. Aku terbiasa dengan duniaku yang tak tersentuh. Dan aku menikmatinya..
Biarlah segalaku nantinya hanya untuk mereka yang mampu menyentuhku, benar-benar menyentuhku.

Selasa, 05 Juni 2012

Yang Tak Tersentuh..

 Sesuatu yang tidak bisa kumengerti yang terus dan terus terjadi disana, ditempat itu. Selalu aku hanya bisa diam. Menjadi penonton yang tenang dan menikmati adegan demi adegan yang terjadi di dalamnya. Seketika aku terhanyut dalam perih dan sakit, rasa yang tidak aku ketahui dari mana asalnya. Seketika pula aku kembali diam, mematung dan mati rasa untuk setiap detik yang kulewati sebagai penonton di tempat itu. 
Sering aku bertanya-tanya sendiri, apa mereka menyadari keberadaanku di sini? Dalam jarak yang begitu dekat, meski terasa jauh. Dalam satu masa dan dimensi yang tanpa batas secuilpun. Apa mereka bisa melihatku? Apa mereka menyadari keberadaanku? Apa mereka tahu aku menangis ketika menikmati adegan demi adegan menyakitkan yang mereka mainkan dengan sepenuh hati? Apa mereka tahu aku pun tertawa saat kebahagiaan terselip diantara banyak adegan yang mereka mainkan? 
Aku bisa merasakan semuanya, setiap inci, setiap detik.. duka, sakit, bahagia yang mereka rasakan, aku bisa merasakan semuanya. Tapi apa mereka bisa merasakanku? Apa yang aku rasakan? Suara yang ingin kukeluarkan? Apa mereka tahu aku menginkannya? 
Kenapa rasanya waktu begitu bengis mengasingkanku dari dunia mereka.. Meletakanku di tempat yang tak tersentuh. Teriakan, bahkan tangisanku pun tak akan bisa mereka dengar. Sedikit demi sedikit keegoisan tertimbun dan semakin kokoh, menjadi dinding kaca yang begitu tebal dan kuat menghalangi dan semakin mengasingkanku dalam kesendirian.
Mungkin aku butuh sesuatu untuk memecahkan dinding itu. Tapi apa? Selembar baju untuk menghangatkan tubuhku dari dinginnya kesendirian ini pun aku tak punya.

Atau mungkin memang seperti inilah yang seharusnya, Mungkin memang benar disinilah tempatku. Mungkin memang benar inilah kenyataan yang mau tak mau harus aku terima.
Duduk diam menjadi penonton yang tenang dan tak tersentuh,
menikmati adegan demi adegan yang terjadi di tempat itu.. 
Sendiri.

Senin, 21 Mei 2012

Kamu..


Aku suka dia

Aku suka senyumnya
Aku suka matanya
Aku suka cara berjalannya
Aku suka baunya
Aku suka tawanya
Aku suka suaranya
Aku suka caranya memperlakukanku
Aku suka kehangatannya
Aku suka setiap detik waktu yang kuhabiskan bersamanya
Aku suka saat dia menggenggam erat tanganku
Aku suka saat dia memelukku dengan erat
Aku suka kecup hangatnya tepat di keningku
Aku suka tutur katanya yang lembut
Aku suka dia
Aku suka semua tentang dia
Aku suka kamu
kamu
you
only
Ardie
Bahagia bersama 


Selamanya


Sampai tua..


Selasa, 15 Mei 2012

Penantian..


Aku ingin sekali untuk mengukur setiap detik yang telah aku habiskan untuk memikirkan apa yang engkau pikirkan.
Aku ingin sekali merasakan kesunyian perasaan yang tidak pernah engkau ungkap kepadaku, Sayang.
Penantian ini menyatu bersama iringan do'aku yang tidak pernah berhenti.
Dalam mataku yang tertutup rapat aku takzimkan namamu, aku ingin engkau tahu itu.
Sebentuk hal sederhana yang tidak akan pernah aku tunjukkan didepan garis bibirmu.

Kesendirian tidak pernah sesetia ini sebelumnya kepadaku.
Seperti tidak merestui pertemuan kita kali ini.
Jangan kau jawab,Sayang!
Jangan kau patahkan setangkai hatimu dengan segala kemistisan pertemuan kita.
Jangan kau ucapkan batas-batas kejujuran yang hanya akan memungutku jauh dari belas-kasihmu.
Biar saja aku nikmati dulu penantian ini sampai aku jemu.
Biar hanya akan menjadi milikku sendiri.
Tanpa kau harus mengerti.

Senin, 16 April 2012

down.


 Ini ga bisa disebut baik-baik aja karena pada kenyataanya emang ga baik-baik aja. Setiap kali teringat kata-katanya malam itu selalu bisa membuat perutku melilit sakit dan dadaku berdebar kencang membuat nafasku tak teratur dan pada akhirnya sesak. Aku tidak bisa berpura-pura kalau aku mampu menghadapi ini sendirian. Tekanan yang timbul akibat pernyataannya jauh lebih dahsyat dari yang kuperkirakan. Aku tidak bisa mengalihkan pikiranku dari hal lain selain ini. Siapapun tolong aku. Beritahu aku mengenai caranya menjadi ikhlas. Caranya menerima kenyataan bahwa dalam sebuah hubungan entah itu straight ataupun lines tetaplah ada rasa sakit, tetaplah ada masalah-masalah yang harus di hadapi. Kecil ataupun besar..
Untukmu, aku mohon jangan sakiti aku lagi..

Yang harus dihadapi.

Seperti berjalan di atas jalan yang berbukit. Kadang naik kadang turun, berkelok tajam dan terjal. Begitu juga perjalanan hubunganku dengan partner. Kadang hubungan kami ada di atas. Begitu dekat dan bahagia. Seolah kamilah pasangan yang paling sempurna. Kadang hubungan kami pun ada di bawah. Begitu banyak masalah yang menyebabkan hubungan kami renggang dan saling menjauh satu sama lain. Mulai dari masalah kecil sampai masalah yang menurutku merupakan ujian terrberat dalam sebuah hubungan, yaitu masalah mengenai "orang ketiga". 
Beberapa hari kemarin tepat tengah malam saat aku dan partner sedang berbincang via telephone (maklum LDR) tiba-tiba partner mengatakan sesuatu mengenai satu hal yang paling kubenci di dunia ini, yaitu mengenai kesetiaan. Entah berawal dari mana tiba-tiba dia berkata kalau dia pernah mencoba berpaling kepada wanita lain. Meskipun itu telah lama berlalu dan dia memutuskan untuk kembali padaku dan melupakan wanita itu tapi tetap saja rasanya seperti tersambar petir di malam bolong. Sakiiiitttttttt yang luar biasa menjalar dengan cepat ke setiap inci dari hatiku. Hubungan yang kupikir selama ini baik-baik saja dan kujaga dengan sebaik mungkin ternyata dia nodai dengan permainannya dengan wanita lain. Seperti anak kecil yang kehilangan bonekanya, tawaku pecah menjadi isak tangis yang aku sendiri tidak bisa mengendalikannya. Aku tidak peduli dengan suara partner yang berusaha menenangkanku yang terus menangis dengan kencang tanpa memikirkan apakah diluar kamar ada yang mendengarnya atau tidak (maklum anak kost). Yang aku tahu malam itu hatiku sakit luar biasa. Aku merasa menjadi orang terburuk di dunia ini. Orang yang tidak pantas dicintai dengan setulus hati. Aku menyusut dan kecil. Meskipun ada sedikit rasa berontak kenapa partner tidak bisa menghargai hubungan dan komitmen yang sudah kami bangun bersama. Kenapa dia mengingkari kata-katanya sendiri mengenai kesetiaan dalam sebuah hubungan. Aku marah, aku benci, aku ingin sekali pergi menjauh dan menghilang dari kehidupannya. Tapi semua itu menguap ketika aku melihat bayanganku sendiri yang terpantul dalam cermin di sudut kamar. Siapa aku ? Siapa kamu tiara ? Kamu bukan siapa-siapa. Mungkin memang benar kamu bukanlah sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan. 
Tapi kemudian aku juga teringat dengan kata-kataku yang sering kuucapkan pada diriku sendiri. Seperti ini tepatnya "Kamu telah berani menjalin hubungan lagi dengan seseorang, itu berarti kamu harus siap dengan segala resikonya. Mulai dari pertengkaran, penghianatan, perselingkuhan dan lain sebagainya.". Klise, tapi memang itulah kenyataan yang harus dihadapi bukan ? 
Aku pun sadar partner hanyalah manusia biasa. Seperti halnya aku sendiri dia pun pasti punya banyak kekurangan dan bisa melakukan sebuah kesalahan. Lagipula dia hanya sekedar jujur tentang kesalahan yang pernah dia buat dibelakangku. Yang terpenting adalah dia telah kembali padaku dan menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaikinnya. Aku tidak berhak egois bukan ? Pada kenyataannya memang ada hal-hal yang menyakitkan harus bisa diterima dengan lapang dada. Harus mempertimbangkan antara positif dan negatif, sebab dan akibat. Biar bagaimanapun aku harus menghargai semua sikap positifnya meskipun ada sedikit noda negatif yang ia lakukan. Begitu bukan aturan mainnya ?

Jumat, 02 Maret 2012

Cermin-Cermin Ajaib

Tempat ini sangat indah. Ada banyak cermin di dalamnya, bahkan sepertinya ada di setiap lorong. Tempat ini juga bersih, terang dan harum. Hanya saja tempatnya terlalu luas dan terlalu banyak pintu dan lorong. Sehingga sangat sulit untukku menjelajahinya satu per satu.
Awalnya memang aku tidak begitu tertarik untuk masuk ke dalam tempat ini. Letaknya yang ada di ujung jalan dan tertutup oleh rimbunan pepohonan membuat tempat ini terasa begitu menyeramkan dan misterius. Namun seiring dengan waktu dan kebiasaanku melewati tempat ini setiap harinya membuat hatiku tergelitik untuk tahu apa yang ada didalamnya. Awalnya aku hanya berani berdiri dan memandangi tempat ini dari jauh. Kemudian kuberanikan diri untuk masuk dan membuka pintu gerbangnya. Lumut hijau yang mulai mengerak di gerbangnya terasa lembab di telapan tanganku. Bau rumput basah merasuk kedalam rongga paru dan entah kenapa itu membuatku nyaman. 
Kuteruskan petualangan kecilku. Di halamannya terlihat taman yang indah meskipun mulai banyak rumput dan tanaman liar mengacaukan bentuknya, tapi menurutku itu sama sekali tidak mengurangi keindahannya. Ada sederetan bunga mawar yang meski berantakan tetapi tumbuh dengan subur, membuat taman ini terlihat menyenangkan. Kutelusuri setiap inci dari halaman tempat ini. Kutemukan juga sebuah kolam kecil yang dipermukaannya ditumbuhi beberapa bunga lotus yang menjadi tempat peristirahatan yang nyaman untuk katak-katak kecil. Lucu sekali, sepertinya mereka tidak terganggu dengan keberadaanku. Kemudian kulanjutkan langkahku menelusuri tempat asing ini. Tidak berapa jauh dari kolam kulihat ada ayunan yang kuyakin dulunya ada dua orang yang sering mendudukinya. Sempat terpikir untuk bermain dengan ayunan itu tapi sepertinya berbahaya karena besinya terlihat mulai rapuh termakan panas dan hujan. 
Mulai menjenuhkan hanya berdiri disini. Karena aku tidak berani masuk lebih jauh lagi, jadi kuputuskan untuk berbalik dan keluar dari tempat ini. Namun saat langkahku hampir mendekati pintu gerbang tiba-tiba terdengar derit pintu dibelakangku. Saat aku berbalik, kulihat pintu rumah yang tadinya tertutup kini sedikit terbuka. Ada cahaya yang menelusup melalui celah pintu yang terbuka itu. Hatiku kembali tergelitik untuk tau dari mana asalnya cahaya itu. Jadi kuurungkan niat untuk keluar gerbang dan berjalan kembali menghampirinya. Kubuka perlahan gagang pintu yang terasa berdebu. Betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan yang ada di dalam rumah itu. Sama sekali jauh dengan pemandangan yang ada di halamannya. Di dalamnya begitu terang dan bersih. Seperti ada seseorang yang selalu merawat dan menjaganya. Ayolaaaaaah ini sangat menarik bukan ? yap ! aku ingin tau dan aku ingin masuk.
Tidak bosan-bosannya aku memandangi setiap bagian dari ruangannya. Indah indah dan indah. Hanya itu yang bisa kugambarkan. Tempat ini membuatku nyaman dan rasanya tidak ingin keluar. Cermin-cermin yang ada disetiap lorongnya membuat tempat ini terasa sangat luas dan lapang. 
Ada banyak sekali ruangan, namun ada dua ruangan yang menurutku tidak biasa. Ruangan yang pertama ada di sebelah kanan ujung lorong. Dari celah pintu yang terbuka sedikit terlihat seperti ada banyak sekali tanaman di dalamnya. Benar saja, saat kubuka ternyata memang ruangan itu penuh dengan tanaman-tanaman liar dan ada banyak sekali pohon bambu. Bahkan bisa dibilang ruangan ini seperti hutan buatan, hutan bambu buatan tepatnya. Rumah macam apakah ini yang didalamnya terdapat hutan buatan. Hewan-hewan apa yang menempati ruangan ini. Tapi biarlah, mungkin orang penghuni rumah ini adalah seorang pecinta binatang, pikirku.
Kemudian ruangan yang kedua ada persis di ujung lorong. Sama seperti ruangan hutan, pintu ruangan ini pun sedikit terbuka. Kubuka perlahan gagang pintu yang terbuat dari porselen itu. Aneh, ruangan ini terasa hambar. Hanya ada tiga cermin yang menempel pada salah satu sisi dindingnya. Selain cermin-cermin itu tidak ada benda yang lainnya lagi. Kuputuskan untuk menghampiri cermin yang ada di sebelah kiri terlebih dahulu.
Betapa terkejutnya aku ketika melihat bayangan yang terpantul dari cermin itu. Bukan bayangan gadis berpipi bulat, berjeans belel dan berT-shirt butut, melainkan gadis dengan gaun putih dan sepatu kaca yang sangat indah. Juga bandana pita dan pernak-pernik lucu yang bergelantungan melingkar di lehernya. Cantik, pikirku. Tapi siapa dia ?
Matanya menatapku dingin. Siapa dia ? Kenapa bisa kurasakan dendam yang begitu dalam dari pancaran matanya. Apa dia marah kepadaku karena aku memasuki rumahnya tanpa seijinnya. Oh God ! Sudah pasti seperti itu. Kuputuskan untuk mundur beberapa langkah, tetapi gadis itu juga ikut mundur beberapa langkah. Hmm aneh.. Kucoba menggelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, gadis itu pun mengikuti gerakanku dengan arah yang berlawanan. Seolah-olah dia adalah pantulanku di cermin. Tapi tidak mungkin. Meskipun kami sama-sama memiliki pipi dan mata yang bulat, tapi kami juga terlihat sangat berbeda. Pakaian kami dan ekspresi kami. Tentunya ekspresiku tidak sedingin itu kan. Tapi tunggu dulu ! Itu, kalung itu. Kalung yang melingkar di leher gadis itu adalah kalung milik ibu yang sangat ingin kumiliki tetapi ibu lebih memilih memberikannya kepada kakakku. Dan hey ! sepatu itu, bukankah itu sepatu kaca cinderela yang sedari kecil sangat ingin kumiliki tetapi setiap kali akan membelinya aku selalu ragu apa aku tidak akan terlihat konyol memakai sepatu seperti itu. Dan, oh God ! Gaun itu. Itu adalah gaun yang waktu itu ingin aku miliki tapi sekali lagi aku takut tidak akan cocok jika kupakai. Dan satu lagi, bandana pita. Bandana pita yang gadis itu kenakan adalah satu-satunya bandana yang kupunya tetapi kemudian rusak karena terinjak oleh kakak laki-lakiku.
Kenapa seperti ini ? Kenapa semua yang gadis itu kenakan adalah benda-benda yang selama ini sangat ingin kumiliki tetapi tidak pernah bisa kumiliki.
Kuberanikan mendekati cermin yang berdiri kokoh di hadapanku itu. Apa ini cermin ajaib seperti yang ada di dalam dongeng-dongeng. Apa benar hal-hal gila seperti yang sering muncul di dalam kepalaku ini benar-benar ada dan terjadi di depan mataku. Hebat ! Ini benar-benar hebat. Ternyata aku tidak gila seperti yang orang-orang pikir. Hal-hal aneh yang selama ini mengeram di kepalaku ternyata benar-benar terjadi. Seketika perasaan takut dan khawatirku berubah menjadi perasaan yang sangaaat menyenangkan dan menggembirakan. Lagipula aku terlihat cantik di cermin itu haha. Tapi kenapa wajahku menyeramkan seperti itu hmm.
Kucoba untuk tersenyum dengan sangaaaat lebar, hampir semua deretan gigiku terlihat. Tapi aneh, bayanganku tetap saja diam tak bergeming. Tapi saat kucoba menggerakan tanganku, diapun ikut memantulkan gerakan tanganku. Hah ! terasa seperti memiliki pantulan seorang robot. Hanya sekedar bergerak tetapi tanpa ekspresi. Namun aku tetap saja senang melihatnya. Rasanya seperti mendapatkan apa yang selama ini aku inginkan, walaupun hanya sekedar bayangan saja.
Setelah puas memandangi pantulan diriku sendiri aku beralih pada cermin kedua yang letaknya ada di tengah, diantara cermin kanan dan kiri. Cermin yang ini lebih besar dari kedua cermin yang lainnya. Selain bayanganku sendiri, hampir satu ruangan ini terpantul di cermin itu. Tidak ada hal aneh yang terjadi di cermin ini. Bayangan yang terpantul tetap saja bayangan seorang gadis berpipi dan bermata bulat dengan jeans belel, T-shirt butut, dan rambut merahnya yang acak-acakan. Hanya saja kali ini wajahnya terlihat lebih ceria. Bahkan bisa dibilang terlihat sangat bahagia dan menyenangkan. Ini baru wajahku haha, pikirku dalam hati. Tidak lama kemudian bayangan itu memudar dan berganti dengan bayangan dua orang gadis yang sedang berhadapan. Tangan mereka saling menggenggam dan kemudian mereka berpelukan. Gadis yang pertama adalah si gadis berpipi bulat dan yang satunya lagi adalah gadis berambut pendek. Bisa kurasakan cinta yang begitu dalam dan rasa takut kehilangan yang amat besar terpancar dari masing-masing wajah kedua gadis itu
 Kemudian kulanjutkan lagi pada cermin yang ketiga. Pada cermin yang ketiga ini bisa kulihat dengan sangat jelas ada bayangan seorang laki-laki dan seorang perempuan dewasa. Mereka tengah duduk disalah satu bangku di sudut sebuah taman yang sangat indah. Mereka duduk dalam diam memandang ke arah danau yang berada tepat di sisi lain taman itu. Tangan mereka saling terkait dan menggenggam satu sama lain. Bayangan mengabur dan berganti dengan bayangan sepasang pengantin yang tengah berdiri pada altar pernikahan yang dihiasi bunga-bunga mawar putih yang sangat banyak dan indah. Aura haru dan bahagia menyelimuti sepasang pengantin itu.
Bayangan mengabur lagi dan berganti dengan seorang laki-laki dewasa, seorang perempuan dewasa dan dua orang anak kecil laki-laki dan perempuan tengah asik bercanda dan tertawa di sebuah taman yang sepertinya tidak asing bagiku. Sepertinya mereka adalah sepasang suami istri dengan kedua anaknya. Kedua anaknya yang lucu dan menggemaskan tengah asik bermain ayunan sementara kedua orang tuanya mendorong dari belakang bersamaan. Mengayun-ayunkan kedua anaknya dengan penuh kasih sayang. Menyenangkan sekali melihatnya. Keluarga yang bahagia.
Berkali-kali aku menikmati pemandangan-pemandangan yang ada di ketiga cermin itu. Kumulai lagi dari cermin yang pertama, kedua, ketiga dan sebaliknya. Meskipun bayangan yang didalamnya tidak berubah, sama seperti saat pertama kali kulihat. Tetap saja aku tidak merasa bosan. Bahkan aku sangat menikmatinya. Seolah-olah bayangan yang ada di dalam cermin itu adalah aku dan masa depanku, yang benar-benar kuinginkan tentunya.
Tapi setelah berkali-kali aku melihat kedalam ketiga cermin ajaib itu, muncul satu pertanyaan di dalam hatiku. Apakah perempuan yang ada di dalam cermin itu benar-benar aku ? Benarkah itu aku ?


To be continue..

Senin, 16 Januari 2012

Crazy Mind.

Ada saat-saat dimana aku benar-benar ingin sendiri. Berdiam diri di sebuah tempat tanpa ada satu orang pun yang tau tentang keberadaanku, atau tentang apa yang kulakukan disana. Dan ada juga saat-saat dimana aku ingin semua isi kepalaku bisa  kuambil dan kumasukan ke dalam sebuah toples kaca yang cukup besar, karena aku pikir isi kepalaku juga cukup banyak. Dimana nantinya aku bisa dengan bebas melihat apa saja yang ada di dalamnya. Apa saja hal-hal yang kadang mendesak-desak, memaksaku untuk melakukan hal-hal yang terkadang sama sekali ga aku inginkan dan harapkan terjadi. Dan hal-hal apa saja yang menjadi alasan tentang kelakuan-kelakuanku yang bisa dibilang diluar kebiasaan kebanyakan orang diluar sana. Kelakuan-kelakuanku yang ga bisa diterima oleh lingkungan dan orang-orang terdekatku.

Terus aku juga berharap bisa menemukan apa yang terkadang membuat kepalaku gatal, seperti ada ulat bulu yang merayapi setiap inci dari isi kepalaku dan menggodaku untuk memikirkan hal-hal yang ga masuk akal dan ga pantas untuk di pikirkan. Atau hal-hal yang menjadi alasan kenapa aku bisa merasakan apa yang dinamakan "sendiri, memiliki, kehilangan, terluka, sakit, menangis, melepaskan, dan akhirnya tetap sendiri". Atau "sendiri, berdiam diri, menahan diri, sakit, terluka, menangis, menerima, berdamai, tetap saja sendiri". Atau "terluka, melawan, bertarung, bertahan, bertahan, bertahan, berdiri sendiri". Atau perasaan-perasaan gila lainnya yang kupikir apa yang orang lain rasakan ga separah seperti apa yang aku rasakan dan apa yang aku pikirkan.

Aku juga penasaran apa kalau aku bisa melihat isi dari kepalaku, aku bisa menemukan sebuah jawaban yang selama ini kucari-cari. Sesuatu yang bisa menjadi sebuah petunjuk tentang kata "damai" atau "berdamai", ya berdamai, berdamai dengan keadaan yang kupikir sulit untuk ditaklukan. errr..

Haisshh lagi-lagi aku berkhayal terlalu jauh haha~
Pada kenyataannya aku ada disini. Ditempat yang sekarang bisa dibilang jadi rumah keduaku. Tempat yang untuk sementara ini bisa membuatku cukup tenang menghadapi hari-hariku yang ga cukup ramah. Dan pada kenyataanya kepalaku juga tetap keras dan rapat, sama sekali ga bisa kuambil isinya dan kumasukan ke dalam tolpes kaca, hahaha.. Tapi entah kenapa jauh didasar hatiku, jauh di sebuah sudut di dalam kepalaku, aku tetap berharap hal itu bisa terjadi. jiaaahh. gila !! rawrk !!

Jumat, 13 Januari 2012

Pengakuan.

Pagi ini adalah hal misteri yang tidak pernah aku ramalkan akan datang secepat ini. 
Pada pagi yang membuatku merasakan julur waktu begitu lama mengikis hatiku, yang membuatku terpukul di sudut hatiku yang perih.
Tahukah engkau, sayang ?
Bahwa sesungguhnya aku resah tak menentu.
Fikiranku melayang menuju seluruh penjuru bumi dan luruh pada penantianku.

Aku terlalu lemah dalam kerinduan yang aku punya, yang aku tidak akan katakan kepadamu meskipun dengan isyarat bahasa sekalipun.
Tak bisakah kau rasakan, sayang ?
Bahwa aku merasa sungguh kosong dan kering didalam palung jiwaku.
Aku seperti pesakitan dan engkau adalah pemilik hatiku tunggal.

Aku sungguh ingin merenung dalam pemikiran-pemikiran tentang dogma yang kau ajarkan padaku.
Aku sedang mempelajari hatimu yang sesungguhnya tidak akan pernah bisa untuk aku tafsirkan.
Dalam pagi yang makin menjelang, aku rasakan embun menyentuh pipiku dengan lembutnya.
Dan kemudian aku tahu bahwa pagi yang akan kulewati hari ini adalah penantian yang tidak akan pernah berakhir, seperti sebuah pertemuan yang membuatku terkenang pada beberapa tahun silam.

Sayang, dalam kata-kata yang tidak akan pernah aku ucapkan lagi kepadamu,
dalam tatap mataku yang kosong dan kecewa,
aku menyimpan rindu yang mendalam kepadamu.
Hanya sebatas rindu padamu yang memeluk air mataku saat ini.